Zombie outbreak tak selalu dimulai dari virus, jamur, atau eksperimen militer yang gagal. Dalam versi dunia ini, tidak ada penyebab. Tidak ada penjelasan ilmiah. Tidak ada sumber infeksi.Hanya gejala. Dan akhirnya.
Awal Mula Sunyi Zombie Outbreak
Wabah Zombie tidak meledak dengan sirene atau berita darurat. Tidak ada tanda merah di peta dunia. Ia datang seperti malam yang terlalu panjang perlahan, lalu abadi.
Orang-orang berhenti berbicara. Bukan karena takut. Tapi karena lupa bagaimana caranya. Lidah mereka tetap ada, pita suara masih berfungsi, tapi tak ada satu kata pun yang keluar. Mereka hanya menatap kosong.Dan berjalan.Ke arah yang sama Tak ada tujuan. Tak ada arah. Tapi langkah mereka selalu menuju
Gejala Bukan Mati Tapi Hilang
Para zombi ini bukan mayat hidup. Mereka tidak membusuk. Tidak menggigit. Tidak haus darah. Tapi mereka kosong.Mereka berhenti makan. Berhenti tidur. Tidak merasa lapar, haus, takut, atau cinta. Mata mereka tetap terbuka, tapi tak melihat. Telinga mereka masih ada, tapi tak mendengar.Tubuh mereka hidup, tetapi identitas mereka telah larut. Seperti kabut.
Dunia Yang Manyaksikan Zombie Outbreak
Kota-kota menjadi jalur pawai. Jalan-jalan utama dipenuhi barisan manusia yang terus berjalan, tak peduli rintik hujan atau reruntuhan. Mereka menabrak benda, bangkit kembali dan terus berjalan.Di stasiun radio terakhir yang masih aktif, seseorang bertanya:Apa jadinya jika semua orang berjalan, dan tak ada yang tinggal untuk bertanya: kenapa Tidak ada jawaban.
Konvergensi Titik Di Tengah Zombie Outbreak
Ada yang menyebutnya sebagai The Gathering Point. Sebuah titik di barat jauh, di mana semua zombie akhirnya berkumpul. Tidak ada yang tahu apa yang ada di sana. Kamera yang dikirim ke sana hanya menampilkan kabut putih, kemudian mati.
Namun rumor berkembang.Katanya, mereka tidak benar-benar mati. Mereka sedang menunggu sesuatu.Sebuah panggilan dari. sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang bukan dari dunia ini.
Kisah Para Penonton
Orang-orang yang selamat hidup di kota-kota tinggi, menara kaca, bunker bawah tanah. Mereka hidup seperti biasa makan, bekerja,tertawa. Tapi malam-malam mereka kosong.
Karena selalu ada seseorang di luar sana. Di jalananSeseorang yang mereka kenal. Ayah. Ibu. Kakak. Anak. Mereka tidak mati. Tapi mereka berjalan.
Kadang orang yang masih hidup memilih keluar.
Tidak untuk mencari. Tapi untuk ikut. Diam-diam. Tanpa suara. Mereka berdiri di tengah jalan. Menunggu. Dan saat barisan itu melewati, mereka bergabung.Langkah pertama dan mereka lupa namanya.
CahayaYang Berbisik
Di malam ke-120 sejak pergerakan massal dimulai, para peneliti di Observatorium Senyap menangkap fenomena ganjil cahaya samar di langit barat yang tak berkedip, tak bergerak, tapi. bergetar.
Mereka tidak tahu itu bintang, pesawat, atau hanya ilusi optik dari jiwa yang terlalu lelah. Tapi satu hal mereka sepakat ketika cahaya itu muncul, barisan zombie mempercepat langkah.
Seseorang menamainya Suara Cahaya. Sebab, bila didengarkan dengan alat spektrum radio, ia mengeluarkan bunyi mendekati bisikan manusia
Hilangnya Cakrawala
Kota-kota tidak dibakar. Tidak meledak. Mereka menghilang satu demi satu.
Bukannya lenyap dari peta. Tapi dari ingatan.
Seseorang berkata Kita pernah punya saudara di Kota Kaca.
Tapi tak ada yang ingat letaknya. Tak ada yang bisa menunjukkannya di peta.
Bangunan yang tersisa pun seperti dilapisi kabut. Tak bisa dimasuki. Tak bisa disentuh. Dindingnya memantulkan bayangan orang yang telah lama hilang.